Ceritasemi.ml - Tak terbayangkan olehku bisa berbuat seperti yg ada di cerita sex ini, cerita ini terjadi di sebuah komplek perumahan yg aq tinggali, aq sudah berkeluarga dengan seorang suami yg sangat aq cintai namanya mas Aryo usianya 39 thn dia cukup ganteng dengan jabatan sebagai insiyur di sebuah perusahan kontruksi. Aq sendiri Ema, 33 thn , cukup cantik, bahkan menurut orang-orang aq sangat cantik.
Setiap keluar rumah aq selalu berjilbab, lengkap dengan jubah panjang yg menutupi seluruh tubuh. Aq pun aktif di pengajian-pengajian yg sering diadakan di sekiktar rumahku. Memang kuakui aq agak kesepian.
Sejak 4 thn pernikahanku, kami belum dikatunia anak. Saat-saat suami tak dirumah aq sering khawatir dan cemburu, takut dia mencari wanita lain yg bisa memberikan anak.
Demikian pula saat suami sedang sibuk atau lelah dan tak banyak ngomong, aq sudah cepat curiga dan cemburu pula. Aq sering membesarkan hati sendiri, bahwa tak ada yg kurang dari diriku. Pakaian islami, tubuh sintal, kulit putih, ukuran toket 36B, pantat pun masih montok, tak mungkinlah suamiku mencari wanita lain di luar sana.
Demikianlah pada suatu ketika karena aq ada sedikit gangguan kesehatan, aq pergi berobat ke sebuah poliklinik posyandu yg tdk jauh dari rumahku. Biasanya suamiku sendiri yg mengantar ke RS Medika Kuningan, tetapi karena sedang tugas keluar kota jadi aq harus ke dokter sendiri.
Hari itu aq memakai jubah panjang yg berwarna putih serta jilbab berwarna merah muda yg juga panjang.Saat aq turun dari angkot (kendaraan umum) nampak di ruang tunggu posyandu sudah penuh orang.
Tetapi aq santai saja karena memang tak ada urusan yg menunggu sehingga harus buru-buru. Mas Aryo, keluar kota untuk 1 minggu sejak kemarin pagi. Aq juga tak perlu masak memasak. Kami berlangganan makanan dari tetangga yg mengusahakan catering.
Sesudah beberapa saat menunggu, aq berasa kepingin ke toilet untuk kencing. Sesudah melalui lorong poliklinik yg cukup panjang dan kemudian deretan pintu toilet untuk lelaki aq sampai ke toilet perempuan.
Pada saat inilah peristiwa itu terjadi hingga melahirkan cerita ini. Tanpa sengaja saat melewati toilet lelaki aq menengok ke sebuah toilet yg pintunya menganga terbuka. Aq langsung tertegun dan sangat kaget seakan tersengat listrik. Kusaksikan seorang lelaki sedang berdiri kencing dan kulihat jelas pancuran kencingnya yg keluar dari kemaluannya yg nampak tdk tersunat.
Yg membuat aq tertegun adalah kemaluan lelaki itu. Aq anggap sungguh luar biasa gede dan panjang. Dalam pandangan yg singkat itu aq sudah berkesimpulan, dalam keadaan belum tegang (ngaceng) saja sudah nampak sebesar pisang tanduk. Aq tak mampu membayangkan sebesar apa kalau kemaluan itu dilanda birahi dan ngaceng.
Aq masih tertegun saat lelaki itu menengok keluar dan melihat aq sedang mengamatinya. Entah sengaja atau tdk, dia menggoyang-goyangkan kemaluannya itu. Mungkin untuk menuntaskan kencingnya. Aq cepat melengos. Aq malu dikira sengaja untuk melihatinya.
Dan aq juga malu pada diriku sendiri, sebagai istri ataupun wanita sebagaimana yg aq gambarkan di atas tadi. Tetapi entahlah. Barangkali lelaki tadi telah sempat melihat mataku yg setengah melotot melihat kemaluannya. Aq sendiri jadi resah. Hingga sepulang berobat itu perasaanku terus terganggu.
Aq aqi, oleh sebab peristiwa itu selama aq menunggu panggilan dari petugas poliklinik, pikiranku terus melayang-layang. Aq tak mampu menghilangkan ingatanku pada apa yg kusaksikan tadi. Mungkin aq tergoda. Dan tdk sebagaimana biasanya, libidoku terganggu.
Bayangan akan seandainya kemaluan sebesar itu menembusi memekku terus mengejar pikiranku. Jantungku terus berdegup kencang dan cepat. Entah apa yg kumaui kini. Kenapa aq jadi begini?! Seorang Ema Nurul Hidayah yg cantik, terhormat, dan alim tak boleh berpikir seperti ini !Bahkan kini aq mulai mencari-cari, siapa sebenarnya lelaki itu.
Kutengok-tengok di antara pengunjung yg berada di ruang tunggu dan juga sepintas yg ada di teras dan halaman kebun, namun aq tak pernah menjumpainya lagi. Khayalanku bahkan terus bergerak menjadi demikian jauh.
Kubayangkan seandainya kemaluan macam itu berdiri tegak macam Tugu Monas. Dan aq berada di dekatnya hingga hidungku disergap aroma kelelakiannya sambil aq membayangkan menjilati kemaluan tegak itu.
Ahh.. Tanpa sengaja tanganku memilin puting susu dari balik jilbab panjangku. Rasa gatal kurasakan pada ujung-ujung pentilku, begitu hebat.2 hari kemudian Aq sedang menyirami kembang di halaman saat aq dengar tukang pengumpul koran lewat depan rumahku,
“Koran bekas.. Korraann…” teriakannya yg khas.
Sudah lebih dari 3 bulan koran bekas numpuk dekat lemari buku. Aq pikir kujual saja untuk mengurangi sampah di rumah.
Tanpa banyak pikir lagi,
“Bang, tunggu, saya punya koran bekas, tuhh…” sambil aq beranjak memasuki rumah untuk mengambilnya.
Namun ternyata koran sebanyak itu cukup berat. Kuputuskan, biar si Abang itu saja yg mengambilnya. Kusuruh dia masuk sambil sekalian bawa timbangannya.
Sesudah mengikatnya dengan rapi dan menimbangnya, dia memberikan Rp. 10.000, padaku untuk harga koran itu.
“Terima kasih, Bu..” Dan aahh.. Kurang ajar bener nih Abang.
Saat menyerahkan uang di ruang tamu rumahku itu tangannya setengah meraih dan kurasakan hendak meremas tanganku.
Aq tarik secepatnya dan.. Aq kaget. Bukankah ini lelaki yg kulihat di poliklinik kemarin. Orang yg telah membuat jantungku berdebar keras-keras. Semula aq hendak marah, namun kini ragu. Hatiku bicara lain. Bukankah dia yg telah mampu membuat aq resah gelisah.
Bu Ema yg alim ini kini tertegu penuh birahi di hadapan seorang kuli pengumpul Koran bekas. Tak terelakkan mataku mencari-cari. Mataku menyapu pandang pada tubuhnya. Berbaju kaos oblong sisa kampanye Pilpres I yg berlogo salah satu calon presiden itu, aq memperhatikan gundukan menggunung pada selangkangan yg bercelana jeans kumel.
Namun bila dilihat lebih jelas lagi, ternyata Abang ini bersih dan.. Sangat jantan.
“Haahh… rasanya saya pernah lihat Abang ini, deh,” begitu aq berpura kelupaan.
Dia melihati aq dengan pandangannya yg tajam menusuk. Terus terang aq jadi takut dan bergidik. Mau apa dia ini? Dan yg terjadi adalah langkah pasti seorang pejantan,
“Yaa.. Aq melihat ibu di poliklinik itu, khan. Waktu itu ibu menengok aq yg sedang kencing?!”
Aq nggak setuju dengan tuduhannya itu. Namun apa sih artinya. Toh terbukti dia telah menggetarkan jiwaku. Dan dengan penuh percaya diri yg disertai senyumannya yg mesum dia mendesah berbisik..
“Aq sering berselingkuh dengan perempuan di luar istriku, Bu. Aq tahu kebanyakan perempuan suka dengan apa yg aq punya. Aq sangat tahu, Bu,” dengan bisik desah serak-seraknya tanpa ragu dia membanting dan merobek-robek harga diriku.
Dan yg lebih hebat lagi.
“Nih….. Ibu mau lihat?,”
Tanpa ragu lagi di cepat membuka celananya dan mengeluarkan kemaluannya yg masih belum tegak berdiri. Namun aq sekarang menjadi sangat ketakutan.Bagaimana seandainya dia bukan hanya menarik hati saja tetapi juga berbuat jahat atau kejam atau sadis padaku. Apa jadinya? Ahh, dia telah melumpuhkan pertahanan diri ku yg berjilbab panjang ini.
“Nggak, Bang.. Cukup. Terima kasih.. Sudah tinggalkan saya.. Tinggalkan rumah ini,” kataku panik, cemas, takut dan rasanya pengin nanis atau minta tolong tetangga.
Tetapi semuanya itu langsung musnah ketika tanpa terasa tanganku telah berada dalam genggamannya dan menariknya untuk disentuhkan dan digenggamkan ke batang kemaluannya yg kini telah bangkit membusung, dengan sepenuh liku ototnya, dengan semengkilat bening kepalanya, dengan searoma lelaki yg menerpa dan menusuk sanubariku.
“Lihat dulu, Bu.. Jangan takut.. Aq nggak akan menyakiti ibu, koq,” bisiknya setengah bergetar, terdengar begitu penuh pengalaman dan sangat menyihir.
Dan aq benar-benar menjadi korban tangkapannya seperti rusa kecil dalam terkaman singa pemangsanya.
“Lihat dulu neng…” sekali lagi diucapkannya.
Kali ini dengan tangannya sambil meraih kemudian menekan bahuku untuk bergerak merunduk atau jongkok. Dan sekali lagi aq menjadi begitu penurut. Aq berjongkok. Dan kusaksikan apa yg memang sangat ingin kusaksikan dalam 2 hari terakhir ini.
Aq yg masih mengenakan jilbab panjang berwarna hitam ini kini tengah berhadapan langsung dengan kemaluan seorang pria yg bukan suamiku, dan aq tengah terangsang. Ini bukan saja pesona. Ini merupakan sensasi bagi aq, Ibu Ema yg santun dan alim, istri manager yg juga insinyur itu.
Kini aq bergetar. Dengan jantungku yg berdegup-degup memukul-mukul dada mataku nanar menatap kemaluan lelaki lain. Sungguh aq terpesona. Kemaluan itu nampak sangat ‘ngaceng’ bak laras meriam yg lobangnya mengarah ke wajahku. Aq menyaksikan lubang kencing yg menyihir libidoku. Aq menyaksikan ‘penis’ yg dahsyat. Aq langsung lumpuh dan luluh. Aq terjerat kelumpuhanku. Demikianlah pula saat kusaksikan ujung meriam itu mendekat, mendekat, mendekat hingga menyentuh pipiku, hidungku dan bibirku.
Yg kemudian kudengar adalah sepertinya ‘suara jauh dari angkasa’ yg penuh vibrasi,
“Jilat, neng jilbab, isep. Banyak koq ibu-ibu pengajian yg sudah menikmati ini juga. Isep penisku, neng. Aq ingin merasakan bibir neng jilbab yg sangat cantik dan seksi ini. Aq ingin merasakan isepan mulut neng yg pake jilbab panjang ini”
Tangan kanannya menekan kepalaku yg masih berbalut jilbab dan tangan kirinya mengasongkan ‘penis’nya ke mulutku.
Bagaimana aq mampu mengelak sementara aq sendiri serasa lumpuh sendi-sendiku. Aq merasakan ada asin-asin di lidahku. Aq tersadar. Aq jadi sepenuhnya sadar namun segalanya tengah berlangsung.
Aq tak mampu menghindar, baik dari kekuatan fisikku maupun dari tekad yg dikuasai rasa bimbang. Tdk lama. Mungkin baru berlangsung sekitar 1 atau 2 menit saat ‘penis’ itu terasa semakin mengeras dan memanas. Mulutku penuh dijejali bongkol kepalanya yg menebar rasa asin itu.
Sambil berdiri mengangkangi aq yg jongkok di depannya si Abang dengan sangat kuat mendorong-dorong kepalaku dan menggoyangkan pinggulnya mendorong dan menarik ‘penis’nya ke mulutku. Lagi, lagi, lagi.
Hingga nyaris membuatku tersedak. Rasanya ujung ‘penis’ itu telah merangsek maju mundur ke gerbang tenggorokanku. Kedutan-kedutan besar yg disertai semprotan-semprotan lendir kental yg hangat penuh muncrat ke haribaan mulutku.
Aq tahu persis, si Abang telah menumpahkan air maninya ke mulutku. Dan kemudian yg tak kuduga sebelumnya adalah saat dia memencet hidungku hingga dengan ngap-ngapan aq terpaksa menelan tuntas seluruh cairan kentalnya dan membasahi tenggorokanku.Sepertinya aq minum dan makan kelapa muda yg sangat muda.
Lendirnya itu demikian lembut memenuhi mulut untuk kukunyahi dan terpaksa menelannya. Bahkan pada suamiku aq tak pernah merasakan macam ini. Rasanya aq akan jijik dan tak akan pernah melakukannya pada Mas Aryo. Aq masih tertegun dan setengah bengong oleh rasa yg memenuhi rongga mulutku saat dia menggelandangku ke kamar tidurku.
Dengan tenaga kelelakiannya dia angkat dan baringkan tubuhku ke ranjang pengantinku. Entah kekuatan apa, aq tak mampu mengelakkan apa yg si Abang ini perbuat padaku. Dia lepasi busanaku. Dia tarik hingga robek jubahku. Demikian pula pakaian dalamku. Namun yg aneh, dia menyisakan balutan jilbab panjang berwarna hitam tetap menempel di kepalaku.
Dia renggut BH-ku seketika hingga aq juga yakin kancing-kancingnya lepas. Dan tak ayal pula di renggut CD ku. Dia ciumi celana itu sambil menebar senyuman birahi dari gelora syahwatnya yg sedang terbakar berkobar.
Kemudian rebah menindih tubuh telanjangku.
“Neng, biar aq buat neng ketagihan yaa.. Nikmati penisku neng. Mahal nih. Aq tak mau sembarang ibu-ibu aq layani. Aq hanya milih-milih saja,” begitu suara orang yg dilanda prahara birahi sambil tangannya meremasi pinggul kemudian bokongku sementara bibirnya yg demikian tak terawat nyosor untuk melumat bibirku.
Aq berusaha menolaknya. Rasa jijik dan enggan menderaku.Namun sasaran berikutnya benar-benar membuat aq menyerah. Dia ‘kemot-kemot’ pentil susuku. Dia gigiti dagingnya. Entah berapa lama dia isepin dan tinggalkan cupang-cupang kotor pada seluru bidang dadaku, leherku, bahuku, ketiakku.
Kemudian juga turun keperut, ke selangkangan, ke pahaku. Adduuhh.. Ini sungguh sangat surgawi. Kenikmatan hubungan seksual yg belum pernah aq dapatkan dari suamiku.
Dan ketika puncak birahinya datang, si Abang ini naik merangsek dan menindih kembali tubuhku. Kurasakan ‘penis’nya mulai menggosok-gosok paha dan selangkanganku. Aq sudah benar-benar terbius. Dorongan nafsu birahiku sudah berada di ambangnya.
Aq sudah tak mampu lagi menahannya. Kini desah, rintih, jerit tertahan keluar dari mulutku dan memenuhi kamar pengantinku yg sempit ini,
“Tolonng baang.. Ayoo, Bang.. Aq sudah nggak tahaann.. Toloong.. Enak bangeett baang.. Aq cinta penis abaang.. Biar aq minum lagi pejuh aba nanti yaa…” kuraih kemaluan besar itu dengan cepat dan kutuntun untuik menembusi kemaluanku yg sudah sangat menantinya.
Masih dalam upaya penetrasi, dimana ujung ‘penis’ dahsyat itu sedang menerpa-terpa bibir kemaluanku ketika aq meraih orgasme pertamaku. Aq kembali menjerit dan mendesah tertahan. Kulampiaskan nafsu syahwatku. Kurajam pundak si Abang dengan cakarku. Kuhunjamkan kukuku ke dagingnya.
Rasanya kemaluanku demikian mencengkeram untuk mempersempit kepala kemaluan itu menembusinya. Namun rasa gatal ini sangat dahsyat. Si Abang cepat menerkam bibirku sambil mendesakkan penisnya dengan kuat ke memekku.Begitu blezz.. Aq langsung diterpa orgasme keduaku. Ahh.. Inikah yg disebut orgasme beruntun? Hanya selang 10 detik aq mendapatkan kembali orgasmeku.
Ternyata memang inilah. Dalam hujan keringat yg menderas dari tubuhku dan tubuhnya selama 2 jam hingga jam 4 sore, aq mendapatkan orgasme beruntunku hingga sekitar 10 atau 12 kali.
Aq tak mungkin melupakan kenikmatan macam ini.
Mungkin aq tertidur karena puas dan lelah yg kudapatkan.Aq terbangun saat kupingku mendengar telpon berdering. Aq bangun dan lari untuk mengangkatnya,
“Jeng Ema, apa kabar..? Sehat? Aq sedang berada di pusat kerajinan di Balikpapan, nih. Banyak barang-barang artistik disini. Pasti kamu senang. Mau dibeliin apa?,” demikanlah kebiasaan suamiku kalau bertugas keluar kota. Dia selalu sempatkan mencari barang-barang kerajinan asli setempat.
Dia tahu aq sangat menyenangi barang-barang macam itu. Kasihan, sementara dia bekerja keras jauh dari rumahnya, dia telah kehilangan permatanya..Ternyata dengan aq telah meninggalkannya dalam selingkuhku dengan si Abang.
Masih pantaskah aq menjadi istri yg alim dan terhormat? Kulihat si Abang telah pergi. Mungkin sebelum aq terbangun tadi. Tumpukkan koran itu telah dibawanya. Kulihat barang-barangku yg lain tak ada yg berubah dari tempatnya. Ah, terkadang kita cepat curiga dengan orang lain yg kelasnya se-akan dibawah kita.
Aq masih termangu hingga sore mengendap dan menggelap. Bibir dan dinding kemaluanku masih terasa pedih. Aq nggak tahu. Aq ini menyesal atau tdk atas selingkuh yg telah aq perbuat.
Bahkan aq juga lupa Mas Aryo mau belikan apa tadi?! Yg aq mencoba mengingatnya hanyalah sekitar 10 atau 12 kali aq telah meraih orgasme dalm berasyik masyuk sepanjang 2 jam dengan Abang pengumpul koran bekas tadi. Mungkin itu akan menjadi rekor seumur hidupku.
Bagaimana para Pembaca Serukan para maniak seks, jangan lupa ya!!! Selalu ikuti cerita-cerita dewasa di web www.ceritasemi.ml
No comments:
Post a Comment