Ceritasemi.ml - Ini menceritakan tentang perselingkuhan antar majikan dan pembantunya yg bohay dan nakal. 3 tahun lamanya bi Sani menajadi pembantu di keluarga Haryo. Bi Sani merasa betah karena keluarga tuan Haryo cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yg di harapkan oleh seorang pembantu rumah tangga.
Bi Sani sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Haryo, yg di anggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tdk terlalu memikirkannya, sepanjang hidupnya terjamin. Perkara kelakuan tuan Haryo yg selalu minta dilayani nafsu birahinya jika istrinya tdk ada dirumah, itu adalah perkara lain. Ia tdk terlalu memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.
Walaupun orang desa, bi Sani tergolong perempuan yg cukup menarik. 33 tahunan. Penampilan bi Sani tdk seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya hingga masih nampak bohay dan menggairahkan. Bahkan tuan Haryo sangat tergila-gila melihat toketnya yg padat dan montok. kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tdk tergolong namun memilikki daya tarik sendiri. Sensual! Begitu kata tuan Haryo pertama kali mereka memadu kasih di dapur suatu ketika.
Dalam usianya yg tdk tergolong muda ini, Bi Sani – janda yg sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yg tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Muslih, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Muslih berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Haryo yg sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Sani merasa kesepian, tak ada lelaki yg mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yg meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.
Malam itu, Bi Sani kembali tak bsa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yg menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Haryo dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Haryo tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Haryo yg memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan Penis Tuan Haryo yg besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Sani nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Muslih untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah.
Kalau kethan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Sani hanya bsa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur. Dalam mimpinya Bi Sani merasakan geraygan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Haryo. Menggerayg melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua toketnya yg mengkal pdt berisi. Tanpa sadar Bi Sani mengigau sambil membusungkan dadanya.
“Remas. . uugghh. . isep putingnya. . aduuhh enaknya. . ”Kedua tangan Bi Sani memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya.
Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Sani terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua toketnya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya. Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tdk sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu.
Ia mengira Tuan Haryo yg sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tdk takut kethan. Tiba-tiba ia sendiri yg merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang? Bi Sani langsung bangkit dan mendorong tubuh yg menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Haryo akan situasi yg tdk memungkinkan ini. Namun blm sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Haryo?! Yg lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tdk lain adalah Haryo, putra tunggal majikannya yg masih berumur 15 thnan!?
“Den Haryo?!” pekiknya sambil menahan suaranya.
“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Haryo yg merah pdm. Mungkin karena birahi bercampur malu kethan kelakuan nakalnya.
“Bi. . ngghh. . anu. . ma-maafin Haryo. . ” katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Sani.
“Tapi. . barusan nga. . ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menygka anak majikannya berani berbuat seperti itu pdnya.
“Haryo. . ngghh. . tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman. . ” katanya menjelaskan.
“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh. . Haryo nggak tahan. . ” katanya kemudian.
“Oohh. . Den Haryo. . itu nggak boleh. Nanti kalau kethan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Sani.
“Haryo th itu salah. . tapi. . ngghh. . ” jawab Haryo ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya Bi Sani penasaran“Haryo pengen kayak Kang Muslih. . ” jawabnya kemudian.
Kepala Bi Sani bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Haryo. Berarti dia th perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa Den Haryo pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Haryo sering ngebayangin Bibi. . juga. . ngghh. . anu. . ”
“Anu apa?” desak Bi Sani makin penasaran.
“Haryo suka ngintip. . Bibi lagi mandi, ” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Sani yg sudah terbuka lebar.
Haryo melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yg menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Sani dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yg telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Sani dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.
“Boleh khan Bi?” kata Haryo kemudian.
“Boleh apa?” sentak Bi Sani mulai sewot.
“Boleh itu. . ngghh. . anu. . kayak tadi. . ” pinta Haryo tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Sani.
“Den Haryo jangan kurang ajar begitu sama perempuan. . , ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu.
“Nggak boleh!”“Kok Kang Muslih boleh? Nanti Haryo bilangin lho. . ” kata Haryo mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. . ” kata Bi Sani panik.
“Kalau gitu boleh dong Haryo?”
Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Sani berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepd yg lain. Bi Sani lalu tersenyum kepd Haryo seraya meraih tangannya.
“Den Haryo mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Haryo ke atas toketnya.
“Iya. . ii-iiya. . , ” katanya sambil menyeringai gembira. Haryo meremas kedua bukit kembar milik Bi Sani dengan bebas dan sepuas-puasnya.
“Gimana Den. . enak nggak?” Tanya Bi Sani sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Sani.
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yg demikian menggelegak?
Mungkin saja anak ini tdk sesuai dengan apa yg diharapkan, tetapi dari pd tdk sama sekali?Setelah berpikiran seperti itu, Bi Sani menjadi penasaran. Ingin th bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Sani jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Haryo, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang Penisnya untuk memuaskan nafsunya yg sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.
Lalu ia biarkan Haryo meremas-remas toketnya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan toketnya yg paling dibanggakan. Haryo mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Sani yg nampak meringis seperti menahan sesuatu.
“Sakit Bi?” tanyanya.
“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu. . terus sambil diremas. . uugghh. . ”Haryo mengikuti semua perintah Bi Sani.
Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Haryo dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium toket itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi. Bi Sani terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tdk semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Haryo satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya.
Perasaan Bi Sani seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu geraygan tangan Haryo di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tdk sampai-sampai. Akhirnya Bi Sani mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Sani memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur.
“Tdk bebas”, katanya.
Haryo terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yg terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tdk ditahan oleh Bi Sani.
“Nggak apa-apa. . pegang aja. . pelan-pelan. . ya. . terus. . begitu. . ya. . teruusshh. . uggh Den enaak!”
Haryo semangat mendengar erangan Bi Sani yg begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Sani. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Sani melenguh. Haryo meneruskan tusukannya. Cairan yg mulai rembes di daerah itu membuat jari Haryo mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
“Akhh. . Den masukin terusshh. . ya begitu. Oohh Den Haryo pinter!” desah Bi Sani mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh Haryo berbuat ini dan itu. Tangan Bi Sani mulai menggerayg ke tubuh Haryo. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.
“Mmmpphh. . ”, desah Bi Sani begitu merasakan batang Penis anak itu sudah keras seperti baja.
Ia melirik ke bawah dan melihat batang Haryo mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini.
Meski tdk sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Sani mengocok perlahan batang itu. Haryo melenguh keenakan.
“Oouhhgghh. . Bii. . uueeanaakkhh! ” pekik Haryo perlahan.
Bi Sani tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Sani semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang vaginanya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar. . lalu. . , Bi Sani merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.
Haryo terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Sani yg nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Haryo menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Sani kesakitan.
“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang. . Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Haryo, ” demikian kata Bi Sani seraya menciumi wajah tampan anak itu.
Dengan penuh nafsu, bibir Haryo dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayg ke sekujur tubuh anak muda ini. Haryo senang melihat kegarangan Bi Sani. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua toket pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.
“Aduh Den. . enak sekali. Den Haryo pinter. . uugghh!” erang Bi Sani kenikmatan. Bi Sani benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yg terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yg tak akan pernah ia lupakan.
Ia yakin Haryo masih perjaka tulen. Bi Sani semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Haryo hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Haryo. Melumat batang yg sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.
Tubuh Haryo berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yg begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Sani mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur penisnya. Haryo merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Haryo merasa tak sanggup lagi menahan desakan yg akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Sani rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal penis Haryo sehingga tdk langsung menyembur.
“Akh Bi. . kenapa?” Tanya Haryo bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tdk jadi.
“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak, ” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Haryo.
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Sani mengarahkan batang Penis Haryo persis ke arah liang vaginanya. Perlahan-lahan tubuh Bi Sani turun sambil memegang Penis Haryo yg sudah mulai masuk.
“Uugghh. . enak nggak Den?”
“Aduuhh. . Bi Sani. . sedaapphh. . ! ” pekiknya.
Haryo merasakan batang Penisnya seperti disedot liang vagina Bi Sani. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Sani tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan Penis Haryo.
“Auugghh Deenn. . uueennaakk! ” jerit Bi Sani seperti kesetanan.
“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ. . auughgg. . aakkhh. . ”Haryo mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“Bi. . saya mau keluaarr. . ” Jeritnya.
“Iya Den. . ayo. . keluarin aja. Bibi juga mau keluar. . ya terusshh. . oohh teruss. . ” katanya tersengal-sengal.
Haryo mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang vagina Bi Sani dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Sani erat-erat, Haryo menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
“Crot. . croott. . crott!”“Aaakkhh. . ” Bi Sani juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Haryo.
“Ooohh. . Deenn. . hebat sekali. . ”Kedua insan yg tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini.
Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Sani mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepd Haryo.
“Gimana Den. Enak khan?”
“Iya Bi, enak sekali, ” jawab Haryo seraya memeluk Bi Sani.
Tangannya mencolek nakal ke toket Bi Sani yg menggelantung persis di depan mukanya.
“Ih Aden nakal, ” katanya semakin genit.
Tangan Bi Sani kembali merayap ke arah batang Penis Haryo yg sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Den?”Haryo hanya bsa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Sani ketika mengulum Penisnya.
Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Haryo meninggalkan kamar Bi Sani dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yg luar biasa.
Bagaimana para Pembaca Serukan para maniak seks, jangan lupa ya!!! Selalu ikuti cerita-cerita dewasa di web www.ceritasemi.ml
No comments:
Post a Comment